Jika umat kristes Hari Raya Natal diperingati sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, maka umat Islam Hari Raya Maulid Nabi diperingati sebagai hari kelahiran Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Jika Hari Raya Natal tetap konsisten merayakannya setiap tanggal 25 Desember (walaupun ada beberapa gereja orthodoks merayakannya tanggal 6 Januari). Lain halnya dengan Perayaan Maulid Nabi dirayakan pada umumnya di Indonesia pada tanggal 12 Rabiul Awal. Walaupun dilapangan, tidak harus dirayakan pada tanggal 12 Rabiul Awal. Hal ini dilihat dari hari tanggal tersebut. Biasanya, Perayaan Maulid Nabi dilakukan pada Hari Jum'at, Sabtu atau Ahad. Meskipun tidak bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal.
Padahal, yang kita sudah ketahui bahwasanya kelahiran Nabi adalah hari Senin di tahun gajah.
Dari Abu Qotadah Al Anshori radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab,
ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَىَّ فِيهِ
“Hari tersebut adalah hari aku dilahirkan, hari aku diutus atau diturunkannya wahyu untukku.” (Hadits Riwayat Muslim)
Ibnul Qayyim dalam Zaadul Ma’ad berkata,
لا خلاف أنه ولد صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بجوف مكّة ، وأن مولده كان عامَ الفيل .
“Tidak ada khilaf di antara para ulama bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam lahir di kota Mekkah. Dan kelahirannya adalah di tahun gajah.”
Adapun kepastian tanggal kelahiran Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam masih terjadi perselisihan pendapat. Ada yang mengatakan tanggal 8 Rabiul Awal, 10 Rabiul Awal dan mayoritas mengatakan tanggal 12 Rabiul Awal, bahkan ada pula yang mengatakan lahir di bulan Ramadhan.
Namun, jumhur ulama juga mengatakan bahwa tanggal 12 Rabiul Awal adalah kematian Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Wallahu'alam.
Walaupun nama perayaannya berbeda, namun hakikatnya tetap sama, yaitu sama-sama sepakat memperingatkan hari kelahiran.
Padahal Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam sudah memperingatkan umatnya untuk tidak berlebih-lebihan terhadap dirinya sebagaimana umat Nashara berlebih-lebihan terhadap Nabi Isa alaihissalam.
لاَ تُطْرُوْنِي كَمَا أَطْرَتِ النَّصَارَى ابْنَ مَرْيَمَ، فَإِنَّمَا أَنَا عَبْدُهُ، فَقُوْلُوْا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ.
“Janganlah kalian berlebih-lebihan dalam memujiku, sebagai-mana orang-orang Nasrani telah berlebih-lebihan memuji ‘Isa putera Maryam. Aku hanyalah hamba-Nya, maka kata-kanlah, ‘‘Abdullaah wa Rasuuluhu (hamba Allah dan Rasul-Nya).’” Hadits Riwayat Al-Bukhari)
Syaikh Ibnu 'Utsaimin berkata :
سببها إما محبة الرسول عليه الصلاة والسلام فظنوا أن هذا من مقتضى المحبة
Sebabnya karena kecintaan yang berlebihan kepada Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam, sehingga mereka mengira bahwa ini (perayaan Maulid Nabi) diantara (termasuk) bukti rasa cinta.
وإما مضاهاة للنصارى ؛ لأن النصارى يقيمون عيداً لمولد المسيح عليه الصلاة والسلام ..
Dan adakalanya persaingan dengan nashrani. Karena sesungguhnya orang nashrani mereka menegakkan (mengadakan) perayaan kelahiran 'Isa bin Maryam 'alaihishalatu wa sallaam.
وأياً كـان السبب فكُلّ بدعة ضلالة
Yang pasti, apapun sebabnya, maka setiap bid'ah itu sesat." (Liqa’ Bab Al-Maftuh, 210)
Berkata Imam Ibnu An-Nahas Asy-Syafi'i rahimahullah :
منها ما احدثوه من عمل المولد في شهر ربيع الاول... واعلم ان اقبح البدع واشنعها موافقة الم سلمين للنصارى في اعيادهم بالتشبه بهم...
"Di antara bid'ah-bid'ah adalah apa yang diada-adakan dari amalan (perayaan) maulid pada bulan Rabi'ul Awal... Ketahuilah sesungguhnya sejelek jeleknya bid'ah itu adalah kesesuaian antara kaum muslimin terhadap nashara dalam perayaan (milad) mereka dengan meniru mereka..." (Tanbihul Ghafilin, hal. 499)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda :
لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ مَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ شِبْراً بِشِبْرٍ وذِرَاعاً بِذِرَاعٍ, حَتَّى لَوْ سَلَكُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَسَلَكْتُمُوْهُ. قُلْنَا : يَارَسُوْلَ اللهِ, الْيَهُوْدَ وَالنَّصَارَى ؟ قَالَ: فَمَنْ» ؟ . رواه البخاري
“Sungguh kalian akan mengikuti tradisi (kebiasaan) orang-orang sebelum kamu, sejengkal-demi sejengkal, sehasta demi sehasta, hingga andaikata mereka masuk ke lubang ‘Dhabb’ (binatang khusus padang sahara, sejenis biawak), niscaya kalian akan memasukinya pula”. Kami (para shahabat) berkata: “Wahai Rasulullah! (mereka itu) orang-orang Yahudi dan Nashrani?”. Beliau bersabda: “Siapa lagi (kalau bukan mereka)” (Muttafaqun 'alaih)
Wallahu'alam
0 Komentar