Ahlul bid'ah tidak perlu disanjung ataupun dipuji meskipun sebagian mereka memiliki beberapa perkara yang mencocoki kebenaran, dan mereka pun juga tidak layak untuk dibesar-besarkan.
Orang yang memuji ataupun menyanjung ahlul bid'ah, maka tanpa sadar mereka juga termasuk orang-orang yang menyeru kepada kebidahan.
Asy Syaikh Ubaid bin Abdillah al Jabiriy hafidzahullahu ditanya,
Apakah orang yang memuji dan menyanjung ahlul bid'ah, diikutkan keadaannya dengan mereka?
Beliau menjawab :
"Na'am, Iya. Tidak ada keraguan, bahwa orang yang memuji dan menyanjung ahlul bid'ah adalah orang yang menyeru kepada kebid'ahan. Maka mereka juga termasuk pada penyeru kepada kebid'ahan. Kita memohon kepada Allah keselamatan.(Pertanyaan yang diajukan dalam pembahasan : Syarh Fadhul Islam pada bab "Ma jaa annal Bid'ah asyad minal Kabair.")
Syaikh Abdul Aziz Bin Bawa rahimahullah juga ditanya,
الَّذي يثني على أهل البدع ويمدحهم هل يأخذ حكمهم فقال :
Orang yang memuji ahlul bid'ah dan menyanjung mereka, apakah dihukum sama seperti mereka?
Beliau menjawab,
نعم، ما فيه شكّ ، من أثنى عليهم ومدحهم هو داعٍ لهم ، يدعو لهم ، هذا مِن دعاتهم، نسأل الله العافية ".اهـ. (شرح كتاب ، فضل الإسلام ) .
Iya, tidak ada keraguan padanya. Orang yang memuji mereka dan menyanjungnya, dia da'i bagi mereka dan berdakwah untuk mereka. Ini diantara du'at mereka. Kita meminta kepada Allah keselamatan. (Syarh Kitab Fadhl Islam).
Syaikh Shalih Bin Fauzan Al-Fauzan hafizhahullahu berkata :
"Pujianmu terhadap ahlul bid'ah itu lebih berbahaya daripada kesesatannya. Hal ini dikarenakan banyak manusia yang akan tertipu dengan pujianmu kepadanya. Jika engkau mempromosikan orang yang sesat, ahlul bid'ah dan engkau memujinya maka engkau telah menipu manusia dan membuka pintu diterimanya pemikiran-pemikiran (dai-dai) penyesat umat tersebut."
Syaikh Abu Abdillah Jamal bin Furaihan A-Haritsi hafizhahullahu ketika mengomentari ucapan Syaikh Al-Fauzan diatas berkata :
"Wahai saudaraku, renungkanlah kisah nyata (berikut ini) yang menegaskan akan bahaya memuji ahlul bid'ah yang dapat menipu manusia: Imam Adz-Dzahabi dan selainnya meriwayatkan kisah ini, beliau berkata: Abu Al-Waliid Al-Baaji berkata di kitabnya Ikhtishaar Firaq Al-Fuqahaa' ketika menyebut Al-Qadhi Abu Bakar Al-Baaqilaani: Telah mengabarkan kepadaku Abu-Dzar Al-Harawi (beliau condong kepada madzhab Al-Asy'ari). Aku pernah bertanya kepadanya: Apa yang menyebabkan dirimu mengikuti madzhab Al-Asy'ari? Beliau berkata: Aku dahulu pernah berjalan bersama Abu Al-Hasan Ad-Daruquthni, kemudian kami berjumpa dengan Al-Qadhi Abu Bakar Ibnu Ath-Thoyyib (Al-Baaqilaani) Al-Asy'ari, lalu Ad-Daruquthni memeluknya dan mencium keningnya. Ketika keduanya berpisah, aku bertanya: Siapa orang yang engkau muliakan tadi yang tidak aku kira engkau akan melakukannya, sedangkan dirimu adalah imam kaum muslimin? Beliau menjawab: Dia adalah imam kaum muslimin, pembela agama yaitu Al-Qadhi Abu Bakar Ibnu Ath-Thoyyib. Sejak itulah aku selalu mendatanginya dan aku pun mengikuti madzhabnya. (Siyar A'laam An-Nubala' 17/558 - 559)
Dalam kisah ini anda melihat bahwa Imam Ad-Daruquthni ketika menghormati Al-Baaqilaani Al-Asy'ari dan memujinya sebagai imam kaum muslimin maka terpengaruhlah orang yang melihatnya dan dia pun mengikuti madzhabnya. Demikian pula setiap orang yang memuji ahlul bid'ah dan pengekor hawa nafsu, maka dia akan menjerumuskan banyak orang ke dalam madzhab/ajaran sesat mereka, apalagi dari orang-orang yang memiliki kedudukan di hadapan manusia. Wallahu a'lam." (Al-Ajwibah Al-Mufidah 'An As-ilah Al-Manahij Al-Jadidah hal. 31-32 cetakan kedua tahun 1418 H/1997 M Daaru As-Salaf oleh Syaikh Shalih Al-Fauzan hafizhahullahu)
Berkata Syaikh Shalih Al-Fauzan hafidzahullah :
والسلف حذرونا من الثقة بالمبتدعة، وعن الثناء عليهم، ومن المقتدى مجالستهم، والمبتدعة يجب التحذير منهم، ويجب الابتعاد عنهم، ولو كان عندهم شيء من الحق، فإن غالب الضُلاَّل لا يخلون من شيء من الحق؛ ولكن ما دام عندهم ابتداع، وعندهم مخالفات، وعندهم أفكار سيئة، فلا يجوز الثناء عليهم، ولا يجوز مدحهم، ولا يجوز التغاضي عن بدعتهم؛ لأن في هذه الطريقة يظهر المبتدعة ويكونون قادة للأمة - لا قدَّر الله - وتهويناً من أمر السنة، و ترويجاً للبدعة، فالواجب التحذير منهم. وفي أئمة السنة الذين ليس عندهم ابتداع في كل عصر ولله الحمد فيهم
الكفاية وهم القدوة."Dan Salaf itu memperingatkan kita dari seorang tsiqah terhadap mubtadi', melarang memuji mereka, duduk bersama mereka, wajib bagi kita untuk memperingatkan umat dari mereka, menjauhi mereka walaupun mereka memiliki beberapa perkara yang mencocoki kebenaran. Karena kebanyakan para penyeru kesesatan juga mencocoki kebenaran dalam beberapa permasalahan. Akan tetapi selama pada mereka terdapat kebid'ahan, kekeliruan, dan pemikiran-pemikiran yang menyimpang maka tidak boleh memuji mereka, menutup-nutupi kebid'ahan mereka, karena hal ini akan mendukung kebid'ahan dan melecehkan sunah.
Dengan cara ini mubtadi' akan menjadi panutan umat, maka wajib untuk memperingatkan umat dari mereka.
Dan cukuplah bagi kita mengambil faidah dari para imam Sunnah tiap masa yang mereka tidak terjatuh pada kebid'ahan dan milik Allah pujian, mereka lah qudwah.
فالواجب إتباع المستقيم على السنة الذي ليس عنده بدعة، وأما المبتدع فالواجب التحذير منه، والتشنيع عليه، حتى يحذره الناس، وحتى ينقمع هو وأتباعه.
Wajib bagi kita untuk mengikuti ulama yang istiqamah di atas sunnah yang tidak terjerumus kepada kebid'ahan. Adapun mubtadi' maka wajib berhati-hati darinya, merendahkan mereka, sampai umat manusia berhati-hati darinya hingga mubtadi' dan pengikut-pengikutnya terdiam.
وأما كون عنده شيء من الحق، فهذا لا يبرر الثناء عليه أكثر من المصلحة، ومعلوم أن قاعدة الدين " إن درء المفاسد مقدم على جلب المصالح". وفي معاداة المبتدع درء مفسدة عن الأمة ترجح على ما عنده من المصلحة المزعومة إن كانت ولو أخذنا ذا المبدأ لم يضلل أحد، ولم يبدع أحد؛ لأنه ما من مبتدع إلا وعنده شيء من الحق، وعنده شيء من الالتزام.
Adapun jika pada mereka terdapat kebenaran maka tidak boleh memuji mereka melebihi maslahat yang dibutuhkan. Telah diketahui bahwa diantara kaidah agama ini "menolak mafsadah didahulukan daripada mengambil maslahat". peringatan terhadap mubtadi' adalah menolak mafsadah, dan menolak mafsadah terhadap umat lebih didahulukan dari maslahat yang diharapkan dari mereka (mubtadi').
Jika kita tidak mengambil kaidah ini, tentu tidak boleh ada seorangpun yang dikatakan sesat dan dikatakan mubtadi' karena setiap mubtadi' pasti memiliki kebenaran, dan mereka (mubtadi') juga berpegang teguh pada sunah dalam beberapa perkara.
المبتدع ليس كافراً محضاً، ولا مخالفاً للشريعة كلها، وإنما هو مبتدع في بعض الأمور، أو في غالب الأمور، وخصوصاً إذا كان الابتداع في العقيدة وفي المنهج فإن الأمر خطير؛لأن هذا يصبح قدوة، ومن حينئذٍ تنتشر البدع في الأمة، وينشط المبتدعة في ترويج بدعهم.
Mubtadi' tidaklah kafir, tidak pula ia menyelisihi syariat sepenuhnya, ia hanya terjatuh pada kebid'ahan pada beberapa permasalahan, maupun di sebagian besar permasalahan. Terlebih jika kebid'ahan itu terdapat dalam aqidah dan manhaj, ini sangat berbahaya.
Karena hal tersebut akan menjadi qudwah, setelah meraka menjadi qudwah maka tersebarlah bid'ah pada umat, berarti ia telah membantu mubtadi' dalam menghidupkan bid'ahnya.
فالذي يمدح المبتدعة، ويشبه على الناس بما عندهم من الحق، هذا أحد أمرين :
إما جاهل بمنهج السلف، وموقفهم من المبتدعة، وهذا الجاهل لا يجوز له أن يتكلم، ولا يحوزللمسلمين أن يستمعوا له.
وإما مغرض؛ لأنه يعرف خطر البدعة ويعرف خطر المبتدعة ولكنه مغرض يريد أن يروج للبدعة. فعلى كلٍّ هذا أمر خطير، وأمر لا يجوز التساهل في البدعة وأهلها مهما كانت.Maka orang yang memuji mubtadi' kemudian memberikan syubhat pada manusia bahwa mereka (mubtadi') memiliki kebenaran, maka ia termasuk salah satu dari dua kelompok :
1 - Orang yang jahil terhadap manhaj salaf dan tidak tahu sikap salaf terhadap mubtadi', maka orang seperti ini tidak boleh berbicara dan hendaknya kaum muslimin tidak mengindahkan ucapannya
2 - Orang yang memiliki maksud dan tujuan tertentu, karena ia tahu akan bahaya kebid'ahan, tetapi ia memang memiliki maksud untuk membela kebid'ahan. hal ini merupakan permasalahan yang berbahaya, suatu permasalahan yang sedapat mungkin seorang pun tidak boleh bermudah-mudahan pada bid'ah dan ahlul bid'ah. (Sumber : klik disini)
Wallahu'alam
0 Komentar