Sebelumnya, kami mengucapkan istirja atas musibah yang menimpa seorang gadis asal Kayu Tanam, Padang Pariaman. Semoga rahimahallah dimudahkan hisabnya serta dimudahkan dalam menjawab fitnah kubur. Begitu pula, bagi keluarga yang ditinggalkan. Semoga diberi kesabaran atas taqdir Allah Azza wa Jalla.
Disini kami hanya meluruskan perkataan yang sudah kadung tersebar bahkan sudah dijadikan sebuah judul lagu : Nia Anak Surga (atau judul sejenisnya)
Perlu diketahui, secara umum, kita meyakini bawa umat Muslim kelak tempatnya di surga. Namun kita tidak pula serampangan memvonis secara individu apakah ia 'dipastikan' masuk surga atau masuk neraka.
Buya Abdurrahman Thoyyib berkata :
“Ahlussunmah tidak memvonis secara individu, seseorang masuk ke dalam surga meskipun seorang alim, begitu juga tidak memvonis secara individu seseorang masuk ke dalam neraka meskipun ia seorang kafir. (Karena kita tidak tahu bagaimana akhir hayat seseorang. Apakah ia mati dalam keadaan husnul khatimah atau su'ul khatimah)
Namun secara umum, iya. Bahwa orang muslim kelak tempatnya di surga, dan orang kafir kelak tempatnya di neraka. Adapun secara khusus, yang telah dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya.”
Hal senada juga disampaikan oleh Buya Yazid bin Abdul Qadir Jawas rahimahullah ta'ala :
“Sebaik apapun amal seorang muslim, kita tidak boleh memvonis atau memastikan bahwa orang itu masuk surga. Kecuali yang Allah dan Rasulnya telah jelaskan bahwa orang itu masuk surga.
Sejahat apapun amal seorang muslim, kita tidak boleh memvonis atau memastikan bahwa orang itu masuk neraka. Kecuali yang Allah dan Rasulnya telah jelaskan bahwa orang itu masuk neraka.”
Jika kita memvonis secara individu atau person-person harus dikatakan masuk surga, tentu perlulah dalil dalam perkara ghaib ini. Sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah mengatakan bahwa ada 10 shahabat beliau yang sudah dijamin masuk surga. Hal ini membuktikan, bahwa 10 orang tersebut secara individu sudah ditetapkan masuk surga, dan kita harus meyakini kabar tersebut.
Dari ‘Abdurrahman bin ‘Auf radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bersabda,
أَبُو بَكْرٍ فِى الْجَنَّةِ وَعُمَرُ فِى الْجَنَّةِ وَعُثْمَانُ فِى الْجَنَّةِ وَعَلِىٌّ فِى الْجَنَّةِ وَطَلْحَةُ فِى الْجَنَّةِ وَالزُّبَيْرُ فِى الْجَنَّةِ وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ عَوْفٍ فِى الْجَنَّةِ وَسَعْدٌ فِى الْجَنَّةِ وَسَعِيدٌ فِى الْجَنَّةِ وَأَبُو عُبَيْدَةَ بْنُ الْجَرَّاحِ فِى الْجَنَّةِ
“Abu Bakar di surga, ‘Umar di surga, ‘Utsman di surga, ‘Ali di surga, Thalhah di surga, Az-Zubair di surga, ‘Abdurrahman bin ‘Auf di surga, Sa’ad (bin Abi Waqqash) di surga, Sa’id (bin Zaid) di surga, Abu ‘Ubaidah bin Al-Jarrah di surga.” (Hadits Riwayat Tirmidzi, no. 3747 dan Ahmad, 1:193. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa sanad hadits ini sahih).
Perkara ghaib seyogyanya kita tidak serampangan dalam menetapkan sesuatu tanpa dalil dari Al-Quran dan hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi wa Sallam.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin ra1himahullah berkata,
"فكل مؤمن متق يعمل الصالحات فإننا نشهد أنه من أهل الجنة. ولكن لا نقول هو فلان وفلان لأننا لا ندرى ما يختم له ولا ندري هل باطنه كظاهره فلذلك لا نشهد له بعينه."
"Setiap orang yang beriman, bertakwa dan beramal dengan kebaikan, maka kita mempersaksikan bahwa dia termasuk penghuni surga.
Akan tetapi kita tidak mengatakan bahwa "fulan" dan "fulan" (individu tertentu) karena kita tidak mengetahui bagaimana akhir kehidupannya dan kita tidak mengetahui apakah kondisi batinnya seperti lahiriyahnya. Oleh karena itulah kita tidak memberikan persaksian tersebut kepada person tertentu." (Syarah Riyadhis Shalihin 1/92)
Seharusnya perkataan : 'Nia Anak Surga', diganti dengan perkataan : 'Semoga Nia Menjadi Anak Surga'. Karna dalam perkataan ini terdapat pengharapan (roja') kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Wallahu'alam
0 Komentar