Berkata Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Abdillah bin Baz rahimahullahu :
لا حرج في دخول الكافر المسجد إذا كان لغرض شرعي وأمر مباح؛ كأن يسمع الموعظة، أو يشرب من الماء، أو نحو ذلك، لأن النبي ﷺ أنزل بعض الوفود الكافرة في مسجده ﷺ؛ ليشاهدوا المصلين، ويسمعوا قراءته ﷺ وخطبة، وليدعوهم إلى الله من قريب، ولأنه ﷺ ربط ثمامة بن أثال الحنفي في المسجد لما أتي به إليه أسيرا، فهداه الله وأسلم. والله ولي التوفيق
"Tidak mengapa bagi orang kafir masuk ke dalam masjid, apabila untuk tujuan syari atau perkara yang mubah (boleh), seperti untuk mendengarkan nasehat, minum air atau yang semisalnya.
Dikarenakan Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam menempatkan para tamu-tamu utusan dari kalangan orang kafir di masjid beliau, agar supaya mereka menyaksikan orang-orang yang sholat, mendengarkan bacaan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam dan khutbah-khutbah beliau.
Dan mendakwahi mereka dari dekat, demikian pula beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam mengikat Tsumamah bin Asal al Hanafi dalam masjid, tatkala menjadi tawanan, maka Allah pun memberikan hidayah kepadanya dan beliau masuk islam. Dan Allah lah yang memberikan taufik. (Majmu' Fatawa wa Maqalat Syaikh Ibnu Baz, (8/356).
Orang kafir diperbolehkan untuk masuk masjid ketika ada kebutuhan tanpa membahayakan dan menganggu.
لحديث أبي هريرة - رضي الله عنه - قال: بعث النبي - صلى الله عليه وسلم - خيلاً قِبَلَ نجدٍ فجاءت برجل من بني حنيفة يقال له: ثمامة بن أثال، فربطوه بسارية من سواري المسجد، فخرج إليه النبي - صلى الله عليه وسلم - فقال: ((أطلقوه)) فانطلق إلى نخل قريب من المسجد، فاغتسل، ثم دخل المسجد فقال: أشهد أن لا إله إلا الله وأن محمداً رسول الله
Berdasarkan hadits Abu Hurairah radhiyallahu'anhu,
“Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi wa Sallam pernah mengirim pasukan berkuda ke daerah Najd, kemudian pasukan tersebut datang dengan membawa seorang laki-laki dari Bani Hanifah yang bernama Tsumamah bin Atsal, maka merekapun mengikat orang tersebut pada salah satu dari tiang-tiang masjid.
Maka Nabi Shallallahu 'Alaihi wa Sallam keluar menemuinya dan berkata, "Lepaskan dia.." maka merekapun melepaskannya. Dia pergi ke pohon kurma dekat masjid, dia mandi, kemudian masuk ke dalam masjid dan berkata, "Asyhadu an laa ilaaha illallaahu, wa asyhaduanna muhammadar rasuulullah."
Hal ini menunjukkan bahwa seorang musyrik boleh masuk masjid jika ia mempunyai keperluan di sana. Adapun di masjidil haram maka tidak boleh.
Aku mendengar syaikh kami Al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah berkata,
"Ini adalah bukti dibolehkannya mengikat orang kafir di dalam masjid, dan menunjukkan bolehnya orang kafir masuk ke Madinah Al Munawwarah, tidak seperti Makkah bila ada keperluan, dan ini merupakan bukti dibolehkannya orang kafir masuk masjid karena kebutuhan, maka jika dibolehkan masuk masjid Madinah, maka masjid lain lebih mungkin kecuali Mekkah. (Almasajid fi daw' al kitaab was Sunnah)
Tentu saja masuknya orang kafir ke masjid itu ada ketentuan maupun aturanya, seperti :
1. Izin dari pengurus masjid.
2. Ada kepentingan yang maslahat ketika mereka masuk, misalnya ingin ikut mendengarkan taklim, ada pertemuan untuk kemaslahatan umat dan yang semisalnya.
3. Tidak menimbulkan kekacauan di masjid, misalkan pakaiannya tidak sopan, cuma mau membuat gaduh, mengganggu orang yang beribadah.
Wallahu'alam
0 Komentar